Kafe dan Ekspor Kopi Indonesia

Indonesia adalah penghasil dan pengekspor dan eksportir kopi terbesar keempat di dunia, setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Pada tahun 2022/23, produksi Indonesia meningkat sebanyak 2,4% menjadi 12 juta karung. Satu karung memiliki berat 60kg kopi. Pada awal tahun kopi 2022/23, fenomena cuaca La Niña diramalkan berdampak negatif secara signifikan pada produksi, dengan curah hujan yang tinggi terjadi selama dan setelah periode kopi berbunga. Namun ternyata terjadi kenaikan produksi pada tahun ini, yang disebabkan ekspansi perkebunan kopi sebanyak 71.000 hektar pada periode 2018–2022.

Pada periode 2023/24, produksi kopi Indonesia diperkirakan mencapai 9.7 juta karung, yang menunjukkan penurunan 18%. Penurunan ini terutama disebabkan hujan deras yang mengganggu tahap perkembangan buah kopi. Dari jumlah ini, produksi kopi Arabika diperkirakan mencapai 1.3 juta karung, turun dari 1.35 juta karung tahun sebelumnya; sementara kopi Robusta diproyeksikan mengalami penurunan 20% dari tahun sebelumnya, menjadi sekitar 8.4 juta karung.

Ekspor biji kopi hijau Indonesia diperkirakan mengalami penurunan 32% menjadi 5.2 juta karung pada tahun 2023/24, dibandingkan dengan 7.7 juta karung tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh pasokan ekspor yang lebih rendah. Konsumsi domestik diperkirakan mencapai 4.79 juta karung pada tahun 2023/24, menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan oleh permintaan yang terus berlanjut dari ritel dan layanan makanan karena pulihnya ekonomi pasca pandemi.

Sebagai catatan atas konsumsi domestik, sebelumnya konsumsi kopi domestik masih rendah, karena masyarakat Indonesia lebih memilih teh daripada kopi. Namun kini kopi semakin populer, didorong munculnya perubahan pola konsumsi generasi muda yang suka kopi populer, serta suka bersosialisasi ke kafe (dibandingkan negara lain yang bersosialisasi ke tempat beralkohol).

Pada tahun 2022, kafe di Indonesia menghasilkan penjualan US$ 1,9 miliar. Pasar ini diperkirakan akan terus tumbuh dan mencapai nilai US$ 3,8 miliar pada tahun 2026. Dalam beberapa tahun terakhir, kedai kopi lokal telah mengungguli merek global dalam hal kehadiran pasar. Pada tahun 2021, Kopi Janji Jiwa memiliki jumlah outlet terbanyak di antara kedai kopi lain di Indonesia, dengan 920 outlet tersebar di seluruh Indonesia.

Posted in Café, Ekspor, Indonesia, Knowledge | Comments Off on Kafe dan Ekspor Kopi Indonesia

Kopi dan Kolesterol

Web ini cukup banyak mengulas efek kopi bagi kesehatan. Namun banyaknya penelitian-penelitian dalam beberapa tahun terakhir mendorong perlunya update pengetahuan atas dampak kopi bagi kesehatan. Serial tulisan ini akan dimulai dengan kolesterol.

Kolesterol tinggi atau hiperkolesterolemia dapat memiliki berbagai akibat negatif pada kesehatan kita. Kolesterol adalah lemak yang penting untuk berbagai fungsi tubuh, tetapi ketika kadar kolesterol dalam darah terlalu tinggi, dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, termasuk penyakit jantung, stroke, aterosklerosis (pembentukan plak lemak dalam pembuluh darah), xanthomas (benjolan kuning di bawah kulit), batu empedu, gagal ginjal, kesehatan mata, hingga kesehatan mental (misalnya alzheimer).

Beberapa penelitian beberapa tahun terakhir tentang korelasi konsumsi kopi dan kadar kolesterol dalam tubuh manusia menghasilkan temuan-temuan berikut:

Altmaier dkk: Konsumsi kopi yang tinggi berkaitan dengan peningkatan kadar kolesterol dalam darah secara keseluruhan.

Ranheim dan Halvorsenr: Kopi rebus mengandung senyawa yang dapat meningkatkan kolesterol, dan dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Namun, kopi yang disaring tidak mengandung senyawa-senyawa ini dan tidak memiliki efek kardiovaskular yang merugikan; dan bahkan mungkin memberikan manfaat perlindungan terhadap diabetes mellitus tipe 2.

Wierzejska: Konsumsi setidaknya 3 cangkir kopi per hari dapat mengurangi risiko berbagai penyakit, termasuk diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Bagi penderita dislipidemia, disarankan kopi yang disaring karena mengandung lebih sedikit diterpen yang dapat meningkatkan kolesterol.

Halvorsen dkk: Senyawa cafestol yang ditemukan dalam kopi telah terbukti dapat mengurangi penyerapan kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL) dan mengurangi jumlah reseptor LDL dalam fibroblas kulit manusia, menunjukkan dampak negatif potensial pada kadar kolesterol.

Talebi dkk: Konsumsi kopi, dikombinasikan dengan program latihan di rumah, secara signifikan meningkatkan profil lipid darah pada pria paruh baya yang tidak aktif, termasuk penurunan kadar kolesterol LDL, kolesterol total, dan trigliserida, serta peningkatan kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL).

Kokaze dkk: Penelitian pada polimorfisme genetik tertentu (Mt5178 C/A) menunjukkan bahwa konsumsi kopi secara positif berkaitan dengan kadar kolesterol LDL serum pada pria Jepang yang memiliki polimorfisme ini.

Onuegbu dan Agbedana: Konsumsi kopi dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan LDL dalam serum, yang dapat mengubah profil lipid serum dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.

De Lima dkk: Kopi mengandung senyawa seperti cafestol dan kahweol, yang berkaitan dengan dislipidemia. Senyawa-senyawa ini telah diteliti memiliki dampak pada kadar kolesterol.

Rustan dkk: Keberadaan diterpen seperti cafestol dan kahweol dalam kopi rebus telah ditemukan dapat meningkatkan kadar kolesterol serum, khususnya kolesterol LDL.

Kesimpulannya, efek kopi pada kadar kolesterol bergantung pada jenis kopi (dijerang atau disaring), faktor genetik, serta keberadaan senyawa-senyawa tertentu dalam kopi. Meskipun beberapa studi menunjukkan efek merugikan pada kadar kolesterol, yang lain mengindikasikan manfaat kesehatan potensial, terutama dengan kopi yang disaring.

Posted in Cholesterol, Health, Knowledge, ok, Research | Comments Off on Kopi dan Kolesterol

Statistik Kopi 2022

BPS baru menerbitkan Statistik Kopi Indonesia 2022 pada bulan November 2023, dengan data yang bersumber dari Survei Perusahaan Perkebunan tahun 2022, data perkebunan rakyat dari Dirjen Perkebunan, serta kompilasi dokumen ekspor dan impor dari Dirjen Bea Cukai.

Produksi kopi Indonesia pada tahun 2022 tercatat 775 ribu ton, atau turun 1.4% dari tahun 2021. Provinsi penghasil kopi terbesar adalah Sumatera Selatan (27%), Lampung (15%), Sumatera Utara (11%), Aceh (9%), Bengkulu (8%), yang semuanya berada di pulau Sumatera. Provinsi lain menghasilkan 31% produksi kopi. Sebagian besar kopi merupakan hasil perkebunan rakyat (771 kiloton); sedangkan perusahaan negara hanya menghasilkan 3 kiloton, dan perusahan swasta 1 kiloton).

Ekspor total kopi 2022 sebesar 438 kiloton dengan nilai US$ 1148 juta. Ekspor terbesar adalah biji Robusta mentah (86%), disusul Arabica mentah 11%, serta kopi lain 2%. Lima negara terbesar pengimpor kopi Indonesia adalah Amerika Serikat (13%, yaitu US$ 269 juta atau 56 kiloton), India (10%), Mesir (9%), Jerman (8%), Malaysia (6%). Negara-negara lain mengambil porsi 54%.

Namun Indonesia juga mengimpor kopi senilai US$ 18 juta atau 4 kiloton, yang diimpor terutama dari Brazil (45%), Vietnam (33%), Malaysia, Timor Leste, dan Jepang. Secara umum, ekspor Indonesia masih mengalami surplus 433 kiloton.

Luas kebun kopi di Indonesia sebesar 1.3 juta hektar, dan penyebarannya dapat dilihat pada peta di atas. Perbedaan ranking produksi dan luasan lahan menunjukkan perbedaan produktivitas lahan antar provinsi. Produktivitas (kg/ha) terbesar adalah di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jambi.

Posted in Data, Ekspor, Impor, Indonesia, Knowledge, Statistik | Comments Off on Statistik Kopi 2022

Inauguration of Prof Ford Lumban Gaol

Prof Ford Lumban Gaol was the Vice Chair when I serves as the Chairman of the IEEE Indonesia Section 2013-2015. He & I also co-lead the IEEE Tensymp 2016 in Bali. Then he experienced a lot as a visiting lecture in Russia and Japan. But today, we celebrate his inauguration as a Professor of Computer Science at the Binus University.

Dr Agnes, Prof Ford, Yours Truly — a reunion of 2013’s cabinet of the IEEE Indonesia Section

The inauguration was led by the Rector of Binus University, Dr. Nelly; and also attended by the Chair of the Senate Prof Harjanto Prabowo. Prof Harjanto mentioned that Prof Ford is the one who established Doctorate Program in Computer Science at Binus University.

As usual, the IEEE gang, i.e. the members of the Advisory Board and Executive Committee plus some other IEEE volunteers attended this inauguration as a special participants. Attended today: Prof Endra, Prof Dadang, Dr Wahidin, Dr Agnes, Mr Satriyo, and surely yours truly.

Serendipitously, I also met Dr Indra Utoyo as one of the speech presented, representing a community in Big Data development.

Dr Indra presented the collaborative innovation in Big Data-focused digital development and its influence to the society.

The ceremony was carried out ½ day, and continued by informal meetings & photo sessions.

Posted in Binus, IEEE, ok | Comments Off on Inauguration of Prof Ford Lumban Gaol

Ravenclaw

November — one of the most inspiring months, with its dark season in most populated part of the earth. Darkness, reducing the ability to see with our eyes, but opening our heart wider to see the wisdom of our life, of the universe. And at the first week of November, we celebrate Fountain Pen Day. This year, we celebrate it on November 3rd — just between Nov 2nd and Nov 4th for sure. And the pen I choose today is Montegrappa Harry Potter Series: Ravenclaw!

Montegrappa has produced a special edition fountain pen inspired by the Harry Potter series. I have displayed the Gryffindor design last year (URL). Now proudly I show you the Ravenclaw.

At Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry, each house has its own unique qualities and values, contributing to the diversity and richness of the Hogwarts student body. In contrast to the other houses (Gryffindor, Hufflepuff, and Slytherin), Ravenclaw stands out for its emphasis on intellectual pursuits and a love of learning.

The unique characteristics of Ravenclaw can be summarised as follows:

  • Intelligence and Wisdom: Ravenclaw house values academic achievement and intelligence. Ravenclaw people are known for their intellectual curiosity, love of learning, and a desire to expand their knowledge.
  • Creativity and Originality: Ravenclaws are often associated with creativity and original thinking. The house encourages people to think outside the box and approach problems with innovative solutions.
  • Wit and Cleverness: Ravenclaws are known for their quick wit and cleverness. They appreciate a sharp mind and the ability to think on one’s feet.
  • Love of Learning: Ravenclaw people have a passion for learning and seek to understand the world around them. The house common room, located in a tower on the west side of Hogwarts, is filled with books and is a quiet place to study and contemplate.
  • Individuality: Ravenclaws often value individuality and independence. They appreciate uniqueness and are accepting of diverse perspectives and ideas.
  • Lack of Prejudice: Unlike some other houses, Ravenclaw is known for its lack of prejudice and acceptance of people from all walks of life, as long as they exhibit the qualities valued by the house.

The most prominent Ravenclaw character at the Harry Potter series is surely Luna Lovegood — a beloved character known for her individuality, kindness, and unwavering belief in the magical and mysterious aspects of the wizarding world. The individuality here includes her distinctive quirky appearance and dreamy expression. Luna is portrayed as open-minded, kind-hearted, and unapologetically herself. She is not easily affected by the opinions of others and remains true to her beliefs and values.

Luna is often considered eccentric by her peers, but she is comfortable in her uniqueness. But her loyalty, bravery, and willingness to fight for what she believes in are evident during the final intense and dangerous confrontation of the series — making her one of the most important character of the story.

Posted in blue, ef-nib, Fountain Pen, Harry Potter, Italy, Montegrappa, ok | Comments Off on Ravenclaw

Diskusi IEEE — Perubahan Iklim

Hingga kini, masih sangat jarang ada kunjungan dari Presiden IEEE yang tengah menjabat ke Indonesia. Dalam catatan, Presiden IEEE pertama yang mengunjungi Indonesia adalah Prof Peter Staecker pada tahun 2013, waktu aku baru beberapa hari menjabat Ketua Umum (Chairman) IEEE Indonesia Section. Tahun ini, Presiden IEEE Prof Saiful Rahman mengunjungi Indonesia beberapa hari; sekaligus dalam bagian dari kampanye IEEE atas perubahan iklim. Beliau didampingi Ketua IEEE Indonesia Section saat ini, Prof Gamantyo, dan Ketua Terpilih IEEE Malaysia, Bernard Lim.

Sebagai bagian dari program ini, IEEE berkolaborasi dengan TVRI mengadakan diskusi on-air yang bertajuk “IEEE ASEAN Roundtable Discussion on Climate Change.” Acara diselenggarakan 27 Oktober 2023 di TVRI, dengan Prof Saifur Rahman sebagai pembicara utama, didampingi pembicara lain dari industri, universitas, lembaga riset, dan pemerintah sebagai peserta; dalam bentuk diskusi meja bundar. Penyelenggara kegiatan adalah TVRI, dipimpin Dr. Agnes Irwanti, salah satu anggota Dewan Pengawas, dan Iman Brotoseno, Dirut TVRI. Aku jadi salah satu pembicara, mewakili IEEE Advisory Board.

Aku memaparkan peluang pemanfaatan teknologi yang tersedia atau tengah dikembangkan, untuk mengurangi dan mengatasi dampak perubahan iklim. Perubahan iklim selalu menjadi salah satu motivasi di balik banyak inovasi kolaboratif dalam pengembangan teknologi dan bisnis berbasis teknologi.

Karena pekerjaanku di industri telekomunikasi, aku mengawali dengan memberikan contoh dalam industri mobile. Penggunaan radio kognitif (CR) dan akses spektrum dinamis (DSA) dapat mengoptimalkan teknologi hijau dengan meningkatkan efisiensi dan penghematan spektrum melalui adaptasi dinamis terhadap perubahan kondisi jaringan dan faktor lingkungan. Di daerah perkotaan dengan beban jaringan tinggi, CR dapat beralih ke pita frekuensi yang kurang padat, mengurangi konsumsi daya dan meningkatkan kinerja jaringan; dan juga dapat dioptimalkan untuk memilih infrastruktur jaringan yang paling ramah lingkungan. Perangkat CR dapat mengurangi daya saat berkomunikasi dalam jarak pendek, sehingga dapat menghemat energi. CR juga memungkinkan berbagi spektrum dinamis antara berbagai teknologi. Hal ini mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mengurangi konsumsi energi dalam berbagai jenis jaringan yang dipadukan ini. Dengan blockchain, spektrum dapat dibagikan antara operator dengan pencatatan dan penghitungan biaya yang lebih mudah.

Dalam pendekatan yang lebih aplikatif dalam industri, paradigma pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem telah mendorong perusahaan untuk berbagi kapabilitas, sumber daya, dan peluang; sehingga biaya dan risiko dapat ditekan, sekaligus mengurangi beban pada lingkungan melalui berbagai metode berbagi yang dipermudah oleh digitalisasi yang memungkinkan proses dan kemampuan dapat dimodulkan, digunakan kembali, diintegrasikan, diperbaiki, dan dikendalikan bersama antara bisnis yang bersifat kolaboratif atau bahkan kompetitif.

Penggunaan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan robotika memainkan peran penting dalam mengatasi perubahan iklim dalam berbagai cara. Beberapa contoh:

  • Teknologi ini dapat digunakan dalam robotika yang meliputi sensor otonom, drone, dan satelit untuk memantau dan mengumpulkan data atas parameter terkait iklim, seperti suhu, kelembaban, emisi karbon, deforestasi, dan lainnya. Teknologi ini membantu dalam mendapatkan data yang akurat dan real-time untuk analisis iklim.
  • AI memudahkan analisis data iklim yang besar, membantu para peneliti membangun model iklim yang lebih akurat. Model-model ini sangat penting untuk memahami perubahan iklim, penyebabnya, dan memprediksi iklim di masa depan.
  • AI digunakan untuk optimisasi konsumsi energi di berbagai sektor, termasuk transportasi, manufaktur, dan konstruksi. Smart grid dan sistem manajemen energi menggunakan AI untuk mengimbangi pasokan dan permintaan energi, mengurangi pemborosan, dan mengintegrasikan sumber energi terbarukan dengan efektif.
  • Manajemen logistik terintegrasi berbasis AI (4PL / 5PL) dapat mengatur layanan logistik untuk berbagi layanan logistik, dengan model rantai pasok yang lebih baik, didukung oleh prediksi permintaan dan produksi yang lebih baik. Ini akan mengurangi juga penggunaan bahan bakar dan beban lingkungan untuk memperluas fasilitas transportasi.
  • AI memperbaiki praktik pertanian, mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan hasil panen. Selain itu, robotika dapat membantu dalam pertanian presisi, mengurangi penggunaan bahan kimia dan meningkatkan keberlanjutan.

Ada banyak aspek teknologi lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kondisi lingkungan, termasuk manajemen energi, manajemen lalu lintas, pendidikan yang dipersonalisasi, dan lainnya. Pembicara lain juga menjelajahi apa yang dapat kita lakukan dalam bidang pendidikan, kebijakan pemerintah, dan bidang lainnya.

Posted in Ekosistem, IEEE, Iklim | Comments Off on Diskusi IEEE — Perubahan Iklim

IEEE Presidential Roundtable on Climate Change

It is not a regular occasion of any serving IEEE President to visit Indonesia. In our official note, the first serving IEEE President to visit Indonesia was Prof Peter Staecker in 2013 — he visited Bali for an IEEE Educational Program awareness while I was only days starting my service as the IEEE Indonesia Section Chair. This year, Prof Saiful Rahman, the current IEEE President, is visiting Indonesia for a couple days. The visit is related to the IEEE campaigns in climate change; so it is also the theme of his visit. He is visiting Indonesia accompanied by the current IEEE Indonesia Section Chair, Prof Gamantyo, and the IEEE Malaysia Chair-Elect, Bernard Lim.

As one of the programs within his visit, the IEEE Indonesia Section co-organise with TVRI, an on-air discussion titled the IEEE ASEAN Roundtable on Climate Change. The event was carried out today in TVRI, with the IEEE President Prof Saifur Rahman as the main speaker, and teens of other speakers from the industry, universities, research centres, and government agencies as participants in round table discussion form — including yours truly, representing the IEEE Indonesia Section Advisory Committee, and the IEEE TEMS Regional Leadership Subcommittee. The organiser is TVRI, led by Dr Agnes Irwanti, a member of its Supervisory Board; and Mr Iman Brotoseno, the CEO.

I explored the opportunity of using currently available or currently developed technology to reduce and overcome the impact of the climate change. Climate change is always one of the motivations behind many collaborative innovations in the development of technology and technology-based business.

Since I work in telecommunications industry, I started by giving an example in mobile industry. The use of cognitive radio and dynamic spectrum access (CR/DSA) may optimise green technology by improving the efficiency and utilisation the spectrum by dynamic adaptation to changing network conditions and environmental factors. In urban areas with high network congestion, CR can switch to less crowded frequency bands, reducing power consumption and improving network performance; and it could also optimised to choose the most green-powered network infrastructure available. CR device can lower its power when communicating over shorter distances, conserving energy. CR also enables dynamic spectrum sharing among different technologies. For example, a cognitive radio network can share spectrum with existing cellular networks during peak traffic hours and switch to alternative bands during off-peak times. This optimises resource usage and reduces energy consumption in both networks. With the use of blockchain, spectrum may be shared among operators with easier accounting and cost-sharing.

In more applicative approach in the industry, the paradigm of of ecosystem-based business growth has motivated enterprises to share capabilities, resources, opportunities, so they can reduce the cost and risk, while also reduce the cost for the environment by many sharing methods used in business ecosystems, facilitated by massive digitalisation that enables process and capabilities to be modularised, reused, integrated, improved, and orchestrated among collaborative or event competitive businesses.

The use of technology like the AI and robotics play important roles in addressing climate change in various ways. Some examples:

  • The technology might be used for autonomous sensor-equipped robots, drones, and satellites to monitor and collect data on climate-related parameters such as temperature, humidity, carbon emissions, deforestation, and more. These technologies help in obtaining real-time and accurate data for climate analysis.
  • AI facilitates the analysis of huge amounts of climate data, helping researchers build more accurate climate models. These models are crucial for understanding climate change, its causes, and predicting future climate trends.
  • AI can optimize energy consumption in various sectors, including transportation, manufacturing, and buildings. Smart grids and energy management systems use AI to balance energy supply and demand, reduce wastage, and integrate renewable energy sources effectively.
  • AI-based integrated logistics management (4PL / 5PL) may orchestrate logistics services to share the logistics resources they have, with better supply chain model, supported by better demand and production prediction. It will also reduce the use of fuel and environmental cost to expand the transportation facilities.
  • AI can support agricultural practices, reducing greenhouse gas emissions and improving crop yields. Additionally, robots can assist in precision agriculture, reducing chemical usage and improving sustainability.

There are many more aspect of technology to be used to improve the environmental conditions, including the power management, traffic management, personalised education, etc. Other speakers also explored what we can do in the aspects of education, government policy, and others.

Even after the formal discussion, we still continue the discussion during the lunch session, after Friday-prayer session. I think it is also my first experience to accompany an IEEE President to a mosque to attend a Friday prayer session.

We closed the day with a more relaxing discussion during dinner at Plaza Senayan.

Posted in Climate Change, Ecosystem, IEEE, Mobile, Technology, Telkom | Comments Off on IEEE Presidential Roundtable on Climate Change

Batik Day

Batik Day a.k.a. Hari Batik Nasional is a national observance celebrated in Indonesia on October 2nd each year. The day is dedicated to celebrating the rich cultural heritage and artistry of batik, which is a traditional Indonesian fabric that is created using a wax-resistant dyeing technique. Batik has a long history in Indonesia and holds significant cultural and artistic importance.

On Batik Day, people across Indonesia, including government officials, students, and the general population, including yours truly, often wear batik clothing to celebrate the cultural significance of this traditional art form.

Batik Day was officially designated as a national day in 2009, recognising the importance of batik as an integral part of Indonesia’s cultural heritage. This celebration not only honours the craftsmanship and creativity of batik artisans but also fosters a sense of national pride and unity in Indonesia.

Question: Why do I collect batik designed with the stylisation of birds, instead of other animals?
Anwer: Ravenclaw

Posted in Batik, ok, P3DN | Comments Off on Batik Day

Kopi Timor Leste

Kopi Timor, terkenal dengan kualitasnya yang luar biasa, memiliki sejarah yang kaya di Timor-Leste, yang juga dikenal sebagai Timor Timur. Budidaya kopi di Timor-Leste dimulai selama era kolonial Portugis pada abad ke-18. Kopi diperkenalkan ke pulau ini oleh Portugis dan segera menjadi tanaman bernilai tinggi. Namun, selama Perang Dunia II, Timor mengalami pergolakan, dengan Jepang menduduki pulau tersebut dan menghancurkan sebagian besar perkebunan kopi.

Setelah perang, produksi kopi dilanjutkan, dan pada tahun 1970-an, Timor-Leste meraih kemerdekaan dari Portugal. Namun, pergolakan politik terjadi ketika negara ini menghadapi perjuangan panjang untuk kebebasan. Di tengah latar belakang ini, produksi kopi menghadapi banyak tantangan, termasuk konflik, ketidakstabilan ekonomi, dan akses terbatas ke pasar internasional.

Pada awal tahun 2000-an, Timor-Leste kembali stabil, dan upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali dan memperkuat industri kopi. Pemerintah, bersama dengan organisasi internasional dan LSM, memberikan dukungan kepada petani kecil, mempromosikan praktik berkelanjutan, meningkatkan infrastruktur, dan memfasilitasi akses ke pasar internasional.

Kopi Timor-Leste sebagian besar ditanam di daerah pegunungan negara ini, dengan memanfaatkan tanah vulkanik yang subur, ketinggian yang tinggi, dan iklim yang menguntungkan. Dua varietas utama yang dibudidayakan adalah Arabika dan Robusta, dengan Arabika menjadi yang paling dominan.

Profil rasa unik dari kopi Timor timbul dari kombinasi faktor-faktor ini: biji Arabika berkualitas tinggi, ditanam di bawah naungan hutan tropis, dan metode pengolahan tradisional. Petani sering menggunakan praktik organik, menghindari pupuk dan pestisida sintetis, sehingga menghasilkan kopi yang dipuji karena kelembutan, tubuh sedang, dan rasa ringan yang sedikit beraroma buah.

Industri kopi di Timor-Leste terutama didorong oleh petani kecil yang bekerja secara kolektif melalui koperasi. Koperasi ini memberikan platform bagi petani untuk mengumpulkan sumber daya, berbagi pengetahuan, dan secara kolektif memasarkan kopi mereka. Inisiatif perdagangan adil juga telah berperan dalam mendukung para petani dengan menjamin harga yang adil dan mempromosikan keberlanjutan.

Kopi Timor telah mendapatkan pengakuan global karena cita rasanya yang khas dan dampak sosialnya. Ia telah menjadi sumber kebanggaan bagi negara ini, melambangkan ketahanan, pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan ekonomi. Saat ini, Timor-Leste terus berfokus pada meningkatkan kualitas dan keberlanjutan industri kopi, memungkinkan petani untuk meningkatkan penghidupan mereka dan berkontribusi pada pertumbuhan negara.

Posted in Knowledge | Comments Off on Kopi Timor Leste

Le Petit Prince #3 — Montblanc

As a personal joke, I call it an example of a cognitive dissonance, or specifically on the aspect of cognitions importance — the greater the perceived value of something, the greater the magnitude of the dissonance in the relation. The dissonance on the importance values result sometimes in unpredictable things. An example is the activity of collecting fountain pens (in the 21st century nonetheless). Another example is the cohesion to the books and other artefacts related to Le Petit Prince. That is the reason that I choose this very day to exhibit another, or two other, artefacts from both collections: Montblanc, Le Petit Prince Series of the 3rd Year, in burgundy.

I have also explored my other Montblanc pens collection related to Le Petit Prince:

Obviously, I skip MB The Meisterstück Le Petit Prince #3 on purpose — albeit an inapparent reason.

This Montblanc LPP Series #3 were launched in 2020, with burgundy colour, and with gold nibs (Au 585) carved with The Little Prince cleaning his planet from the sprouts of bad seeds. The Chapter 5 of Le Petit Prince book describes on the little prince’s planet, as on all planets, there were good plants and bad plants, and so of course there were good seeds from the good plants, and bad seeds from the bad plants. But seeds are invisible. They lie dormant hidden deep in the dark of the earth until one of them has the notion it would be a good idea to wake up. This little seed will first have a stretch, then grow slowly, ever so slowly, up towards the sunlight, until at last there it is, a sweet little innocuous twig of a plant. If it is the first shoot on a radish perhaps, or the early sprig of a rose, then it can be left to grow on as it wishes. But if this is a bad plant, you should pull it up at once, the moment you recognise it for what it is. “It’s just a question of self discipline,” the little prince explained later.

I have two size of this excellently designed pen: Le Grand (146 size, above) and the Classique (145 size, below). The Meisterstück 146 is larger and has a slightly thicker barrel compared to the Meisterstück 145. The 146 is often considered a full-sized pen, while the 145 is slightly smaller and more compact. Both have similar nib design, albeit with obviously different size, and consequently different detail. The 146 has an internal piston, while the 145 is equipped with a cartridge.

Having two fountain pens with different size and similar design makes it easier to compare the experience of using these quite standardised pen (in term of size). Since the Meisterstück 146 is larger, it tends to be slightly heavier than the Meisterstück 145. The weight difference is generally not substantial, but some individuals may have a preference for either a lighter or heavier pen. While both pens offer a smooth writing experience, some users find that the larger size of the Meisterstück 146 provides a more comfortable grip and balance. However, this can vary based on personal preference and hand size.

The the previous Le Petit Prince -themed pens, these pens were designed in collaboration with Antoine de Saint-Exupéry’s Estate. Le Petit Prince, authored by Antoine de Saint-Exupéry, is a beloved and timeless literary work that has captivated readers worldwide. Montblanc’s collaboration with the Estate of Antoine de Saint-Exupéry allows them to pay homage to the author and his iconic characters while creating a special connection with literature enthusiasts and fans of Le Petit Prince.

Surely we are all curious that Montblanc released three different pen designs related to Le Petit Prince in three consecutive years. Or four, if the pen released in 2017 to commemorate Antoine de Saint-Exupéry is also counted. But releasing the pens in different colours each year has successfully created a sense of exclusivity and limited edition allure. It can also incentivise collectors to acquire all three pens (at least), appealing to the desire to complete a set or collection. This approach allows Montblanc to tap into the passion and enthusiasm of collectors who seek to possess the entire series. Each new colour or design release also keeps the story and its themes fresh in the minds of fans, fostering a continued connection with the narrative. And this is why I started it with a mention of cognitive dissonance.

Posted in burgundy, f-nib, Fountain Pen, germany, m-nib, montblanc, ok | Comments Off on Le Petit Prince #3 — Montblanc