Romania

Dua puluh tahun setelah domain KUN.CO.RO (diregistrasikan di Coventry, 3 Februari 2001), akhirnya aku bisa mengunjungi tanah air [domain]-ku: Romania, 27 Juni 2019. Romania bukanlah bagian dari kawasan Schengen. Namun Romania menerima kunjungan bebas visa dari siapa pun yang telah berada di Eropa. Maka aku masuk Romania melalui bandara Bologna di Italia, langsung ke Bucharest.

Benteng Peles dekat Sinaia di Prahova

Romania termasuk salah satu tanah airku. Jadi aku cukup hafal sejarah bangsa ini, termasuk sejak principalities Romaneasca, Bessarabia, dan akhirnya Transilvania dipersatukan menjadi Kerajaan Romania. Namun waktu kunjungan yang sangat singkat tidak memungkinkan menjelajahi berbagai tempat bersejarah. Aku luangkan waktu saja untuk mencoba mengakrabi ibukota Bucharest (Bucuresti) dan kota Brasov di Transilvania.

Koen dalam pakaian tradisional hitam berbordir merah.

Bucharest mencitrakan kota modern yang merupakan paduan suasana klasik awal abad ke-20 dan modernisasi ala negara komunis tahun 1970-an. Budaya romance yang menjadi keunikan Romania di tengah negara-negara komunis berbudaya Slavik, Uralik, dan Germanik ini di paruh akhir abad ke-20 ini diangkat dengan menjadikan Bucharest sebagai The Little Paris, lengkap dengan Arc de Triomphe-nya. Kota ini tidak terlalu ramai, dan tidak terlalu mengundang pengunjung. Cukup terasa adanya paduan gamang antara keramahan penduduk dengan keterpeliharaan atau mungkin penghormatan privacy.

Dua jam ke arah utara, melintasi Pegunungan Karpati (Carpathian Mountains) Selatan, di dekat perbatasan dengan Pegunungan Karpati Timur, terdapatlah kota Brasov di Transilvania. Posisi Romania yang sempat terkepung Kekaisaran Utsmani, Austro-Hungaria, dan Russia menjadikan kawasan pegunungan ini menjadi benteng pertahanan alami, dan juga tempat yang ideal untuk membangun benteng, termasuk Benteng Peles yang dibangun oleh Raja Carol I di dekat Sinaia akhir abad ke-19; dan Benteng Bran di batas Romaneasca dan Transilvania yang usianya lebih panjang (abad ke-13) dan sempat menyaksikan pertahanan melawan pasukan Mongol dan Utsmani. Ada yang menyebut Benteng Bran sebagai Benteng Drakula. Namun kemungkinan besar, Vlad III yang sering disebut sebagai Vlad Dracula ini justru belum pernah mendiami Benteng Bran.

Pusat Kota Brasov

Brasov sendiri merupakan kota mungil yang masih mempertahankan bentuk tradisionalnya. Kunjungan ke kota ini dinyatakan wajib bagi yang ingin melihat wajah Romania yang sesungguhnya. Walaupun suasana dingin pegunungan sangat terasa, penduduk Brasov relatif lebih hangat dan akrab.

Covaré

Akhir tahun 2017, kami berada dalam persiapan sebuah kegiatan para BUMN di Paritohan, di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara. Suasana dingin berkabut, karena persiapan dimulai sejak dini hari. Namun tampak sebuah pemandangan indah di tengah kabut: PT PPI menyajikan kopi Toba. Di tengah kesegaran yang ditawarkan kopi panas Covaré itu, PPI memberikan kejutan dengan memberikan begitu saja kopi-kopi Toba Covaré kepada siapa pun yang mengaku pecinta kopi.

Lake Toba (Danau Toba), North Sumatra, Indonesia

Di tahun 2018, aku sempat beberapa kali bekerja sama dengan PPI, sebuah BUMN yang berfokus pada perdagangan umum dan khusus atas beraneka produk sejak dari hulu hingga hilir, baik lokal maupun lintas negara; bahkan beberapa kali berjumpa dengan Bapak Agus Andiyani, Dirut PPI yang sungguh visioner namun sangat rendah hati. Namun di awal 2019, kembali PPI teridentikkan dengan kopi.

Pada paruh pertama 2019 ini, para BUMN sedang mempersiapkan alat pembayaran bersama — LinkAja. LinkAja harus dapat digunakan di berbagai produk, layanan, event, dan situs BUMN. Termasuk di antaranya adalah rest area dan pom bensin di jalan tol. Kami tengah mempersiapkan soft launch sebuah rest area di KM 260 — sebuah kawasan bekas pabrik gula di Banjaratma, Brebes, bersama Direktur Pertamina Pak Mas’ud Khamid. Kawasan ini akan diujudkan sebagai kawasan wisata (transit-oriented development) yang memanfaatkan bekas instalasi pabrik gula. Hall besar di Banjaratma dimanfaatkan sebagai café, resto, dan penjualan produk nasional. Di tengah persiapan yang melelahkan, tampak café yang sangat rapi, dengan brand Covaré yang terkenal itu, dan masih buka di tengah malam. Sambil lelah, kami langsung menyerbu café itu, pesan brewed coffee Wamena, Gayo, dll. Setelah kesadaran agak pulih, kami baru sadar bahwa sang barrista di café itu tak lain dari Dirut PPI, Pak Agus Andiyani sendiri. Hoooo.

Melayani curiosity kami, berceritalah Pak Agus. PPI memang mendapatkan tugas khusus dari Pemerintah RI untuk membina kawasan-kawasan rakyat yang potensial menghasilkan kopi bermutu sangat tinggi. Pembinaan diujudkan dengan menentukan kawasan pilot, memberikan pembinaan langsung kepada rakyat, memberikan bantuan benih dll, melakukan pendampingan dan menjaga keterjaminan mutu, hingga membeli kopi-kopi olahan rakyat itu, serta mengemasnya secara istimewa, dan mendistribusikannya ke seluruh dunia. Kawasan pembinaan lengkap dari Aceh hingga Papua.

Semakin istimewa rasanya kopi Covare ini.